√ Cerita Panas Ngentot Pacar Online - CERITA TANTE BINAL

Cerita Panas Ngentot Pacar Online

Cerita dewasa
Cerita dewasa mama


Suatu hari, aku online di salah satu channel chatting dengan seorang mahasiswi. Sebut saja namanya Acha (19 tahun), bukan nama sebenarnya. Dia adalah anak seorang pejabat di salah satu instansi di Jawa dan sedang menjalani kuliah di salah satu universitas favorite di kota M. Perkenalan ini berawal dari seringnya aku online barsama Acha.

Singkat cerita, suatu hari aku ada tugas dinas ke kota M dan iseng-iseng aku hubungi dia melalui nomor WA yang sudah dia berikan sebelumnya. Dan dengan senang hati dia mau ketemuan, asal dengan syarat dia bawa teman. Walhasil, aku ketemu dia di salah satu cafe di daerah kampus yang berada di pinggir kota.

“Hey.. Kamu Acha” sapaku.

“Hey, Dandy ya.. ” sambil menjawab Acha mengulurkan tangannya.

“Kenalin ini temanku Dony,” sambil mengenalkan temanku.

“Oh ya, kenalin juga ini temanku Rida,” kata Acha mengenalkan temannya.

Sepintas terlihat, Acha adalah sosok seorang gadis model. Karena bentuk tubuhnya sangat semampai dengan ciri 167/45. Sehingga tonjolan di dada maupun di pantatnya tidak begitu nampak sebagaimana gadis-gadis yang aku kenal. Lamunanku buyar saat Acha menawarkan menu yang mau dipesan.

“Dy, kamu mau makan apa?” tanya Acha.

“Mmm, anu.. Terserah deh” jawabku gugup.

“Kenapa say.. Kok nervous gitu?” tanyanya manja.

Wah dadaku berdetak keras saat dia panggil aku dengan kata “say.. ” tetapi aku cepat menguasai keadaan dan bersikap seperti nggak ada rasa GR dengan panggilan yang aku kira sangat romantis banget.

“Tidak kok, tidak apa-apa, aku ngikut aja,” jawabku datar.

Dari pertama kita ketemu di chatting, aku terbuka saja dengan status aku yang sudah married. Dan ternyata diluar dugaanku, Acha bisa menerima hal itu karena memang dia menyukai cowok yang lebih dewasa.

2 jam lamanya kami berempat, ngobrol apa aja yang bisa dibicarakan. Baik tentang kuliahnya, masalahnya Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 21 kurang 1/4. Akhirnya aku menawarkan diri untuk mengantar balik ke kost-kostan.

“Acha, sudah malem nih, ayo aku anter balik” ajakku.

“Oke dah Mas Dandy,” jawab Acha singkat sambil bangkit dari duduknya.

Setelah aku bayar di kasir, aku bergegas menuju mobil starletku yang butut kedinginan diluar cafe.

“Dan, minggu depan aku mau ke Surabaya,” kata Acha.

“Oya, dalam rangka apa?” tanyaku.

“Mau ketemu kamu, kamu ada waktu kan?” jawabnya tersenyum.

Deg! jantungku terasa berhenti ketika Acha bilang seperti itu, aku langsung berusaha menguasai situasi.

“Ooo.. Pasti bisalah, asal kamu kabarin sehari sebelum datang,” pintaku.

“Oke deh, ntar aku hubungi kamu Mas” kata Acha.

“Terus, kamu mau dateng sama Rida atau sendirian?” tanyaku.

“Sendirilah Mas, masa iya sama temanku.. Kan nggak romantis?” jelas Acha.

Tanpa terasa sampailah di depan tempat kost Acha.

“Selamat malam,” kataku.

“Terima kasih ya Mas, sampai ketemu minggu depan,” Acha mengingatkan.

“Ok” jawabku singkat, dan setelah itu aku langsung tancap gas balik menuju ke Surabaya dengan perasaan yang masih bertanya-tanya dengan ucapan Acha yang sedikit romantis. Tetapi sebandel apapun aku, aku tetap memegang prinsip aku tentang virginitas seorang cewek. Buat aku jika seorang gadis itu masih virgin, aku tidak akan pernah mau Making Love karena sudah menjadi prinsip aku untuk tidak merusak masa depan seseorang.

6 hari sudah berselang setelah pertemuan pertama dengan Acha dan sesuai janji dia, Kamis siang Acha menelphone HP-ku. Ringtone dengan lagu dilema cellulerku berbunyi dan saat aku liat layarnya ternyata 081252xx (nomor Acha).

“Mas Dandy besok aku berangkat sepulang kuliah, bisa jemput nggak?” tanya Acha.

“Oke bisa, jam berapa?” balas aku bertanya.

“Mmungkin dari Surabaya jam 18.00″ jawab Acha.

“Lho emang kamu mau langsung balik?” selidik aku.

“Tidaklah Mas, aku kan ingin ditemanin Mas Dandy semalaman” jelasnya.

Alamak si Acha ini, bikin aku berpikir yang nggak-nggak.

“Oo gitu, oke sapa takut” tantang ku.

“Oke deh Mas, sampai besok” seiring kata itu HPnya langsung dimatikan.

Setelah telphone off, aku langsung hubungi salah satu hotel di Surabaya yang menjadi tempat favorite aku dan kebeetulan aku salah satu members di hotel tersebut. Sehingga setiap saat aku bisa booking room dengan posisi open.

Hari jum’at jam 18.00 tepat aku sudah nongkrong di jok mobilku. Diparkiran terminal Bungur Asih dan selang 5 menit cellulerku berbunyi, “Mas kamu dimana?” suara Acha.

“Aku sudah di parkiran terminal nih,” jelasku.

“Oke deh aku ke situ” jawab Acha.

Dengan perasaan deg-degan aku menunggu Acha nongol dari pintu keluar terminal, dan dari jauh aku lihat tubuh semampai yang agak kurusan berlenggak-lenggok seperti di catwalk. Setan bertanduk, meniup pikiranku sepanjang Acha menuju mobilku.

“Hey Mas Dandy, gimana khabarnya?” tanya Acha.

“Baik Acha” jawabku singkat.

“Sudah lama ya Mas Dandy tunggunya,” ia membuka percakapan.

“Belum kok Acha” jawabku singkat.

Tanpa panjang lebar, aku langsung menuju hotel yang sehari sebelumnya aku sudah booking. Dan parfum dengan aroma melati sangat megganggu birahi kelaki-lakianku. Setan bertanduk semakin aktif mengetuk pikiran kotorku untuk langsung bercinta dengannya.

Sesampai di hotel aku langsung minta kunci dan menuju kamar lantai 2 nomor 222.

“Lho Mas kenapa kok booking yang 2 bed?” tanya Acha.

“Lho memangnya kenapa?” aku berlagak bengong.

“Acha pengennya yang satu bed, supaya bisa berduaan,” jawab Acha polos.

Walaupun setan sudah pada meringis diatas kepalaku dan bilang, yes! tetapi aku berusaha cool di depan Acha dan sedikit berkata bijak bagaikan orang tua.

“Acha, kita tidak untuk macam-macamkan di kamar ini?” balasku bertanya.

“Ya sudah deh Mas, aku mau mandi dulu ya” jawab Acha kesal.

15 menit lamanya Acha mandi, akhirnya pintu kamar mandi terbuka dan begitu kagetnya aku, ketika Acha hanya mengenakan daster yang tipis tanpa menggunakan BH dan CD, sehingga nampak jelas sekali puting yang kecil menonjol di balik daster tipisnya. Tanpa melihat gelagat Acha yang semakin membuat detak jantungku semakin cepat, aku langsung ambil handuk dan mandi.

Malam semakin larut dan hampir 3 jam aku di dalam kamar berdua dengan Acha, detak jantungku semakin kencang tatkala Acha sesekali sengaja menyentuhkan tangannya di pundakku. Adik kecilku berontak dengan keras ingin keluar dari celanaku.

“Mas, malam ini kamu manis banget sih,” kata Acha memuji.

“Ah kamu bisa aja” jawabku agak gugup.

Karena pertanyaan itu disampaikan hanya dengan jarak 20 centi dari mukaku sehingga bau harum di wajahnya begitu menggelitik syaraf kelaki-lakianku.

“Mmm bagaimana.. ” belum selesai aku tanyakan sesuatu tiba-tiba tubuh kecil Acha sudah berada dipangkuanku. Sehingga memudahkan dia untuk mencium bibirku. Sedangkan posisiku sendiri sangat tidak menguntungkan untuk membalas ciuman Acha, karena posisi tanganku menopang tubuhku.

“Mmm.. Mas.. Aku suka kamu,” kata Acha sambil melanjutkan ciuman mautnya.

Aku tidak bisa menjawab sepatah kata apapun karena memang serang bibir tipis Acha menggelontor bibirku bertubi-tubi. Perlahan tapi pasti, aku mulai merubah posisiku untuk terlentang di ranjang sehingga tubuh mungil Acha dengan mudah naik diatas tubuhku.

Aku rasakan perutku mulai basah dengan cairan yang mulai menetes dari vagina Acha. Karena dari tadi dia sudah tidak memakai celana dalam sehingga saat duduk diperutku, aku merasakan betapa halus bulu-bulu di selangkangan gadis ini. Tanganku mulai membelai punggung dan tengkuk Acha, sehingga hal itu membuat birahi Acha mulai terkoyak.

Dari mulutku Acha mulai merambat kebawah, menjilati puntingku hingga membuat darah aku berdesir dengan kencang.

“Acha.. Geli sayang.. ” aku merintih.

Acha sepertinya semakin bernafsu mendengar rintihan aku, dan semakin berani saja gadis ini memainkan lidahnya disekitar perutku. Tubuhnya semakin kebawah dan sampailah wajah nya di atas selangkanganku, dengan satu gerakan saja, celana adidas yang aku kenakan langsung tertanggal.

“Mas.. Aku suka kontol kamu.. Gila besar sekali” puji Acha dan setelah itu langsung saja mulutnya yang tipis mulai mendarat di kontolku.

“Oohh.. ” aku merintih dan mnggelinjang saat mulut Acha mulai melahap kontolku yang sudah mulai mengencang. Sesekali tangan yang lentik mengocok kontolku.

“Aaow.. Sakit sayang” jeritku saat giginya mengenai kepala kontolku.

Aku hanya menikmati jilatan, hisapan dan kuluman bibir Acha yang tipis sembari aku menengok kebawah melihat Acha yang lagi asyik mengoral kontolku. Duh alamak, ini gadis kok jago banget oral sex nya. Awas ya aku balas nanti kalo gadis itu sudah puas menghisap kontolku. Disaat aku membayangkan apa saja yang bakal aku lakukan dengan gadis kecil ini, tiba-tiba Acha bangkit dari selangkanganku dan berdiri.

“Mas. Acha sudah nggak tahan.. Aku masukin ya?” tanya Acha sambil melepas kontolku dari mulutnya.

“Acha, Mas tidak mau, jika kamu masih virgin,” aku berusaha jelaskan masalah prinsipku tentang keperawanan seseorang.

“Mas, Acha ingin banget.. Acha sudah pernah lakukan kok sama pacarku” jelas Acha tidak mau kalah.

“Kamu serius..?’” tanyaku bingung.

“Percaya sama Acha Mas, aku sudah tidak virgin kok,” sambil berkata seperti itu, Acha langsung berdiri diatas tubuhku. Tangannya yang lentik memegang kontolku yang berdiri kencang untuk diarahkan ke memeknya

Bless.., suara kontolku mengoyak vagina Acha.

“Ughh, Mas..” kepala kontolku langsung membuka lubang sempit di selangkangan Acha.

“Gila, enak sekali punya Mas.. aakkh” Acha menggerinjang sembari mulai berusaha memasukkan seluruh kontolku.

Aku merasakan lubang surgawi milik Acha sangat sempit sekali, sehingga aku merasakan sesuatu yang menjepit kontolku.

“Mas.. mentok nih, gila banget.. padahal belum masuk semua..” rintih Acha.

“Gila Mas punya kamu panjang.. Eenaak Mas” rintih Acha.

Beberapa kali Acha menggerakkan tubuhnya naik turun, tiba-tiba Acha mulai mempercepat pergerakkannya diatas tubuhku yang naik turun.

“Mass.. Achaa.. Mau.. Daapett.. Maass..” rintih Acha.

Karena memang kontolku tidak bisa masuk seluruhnya (hanya menyisakan 2 cm saja), sambil bergerak naik turun tangan Acha berusaha menahan tubuhnya dia tas dadaku.

“Mas.. Aaampunn.. Akuu nggak tahan lagi..” rintih Acha.

“Mas.. Dandy.. Acha kee.. luuaarr..” bersamaan dengan rintihan panjang Acha sesuatu aku rasakan menyiram kontolku.

Sssurr.., cairan yang terasa banyak membasahi selangkan aku.

Tubuh Acha langsung terkulai lemas dengan permainan tadi sehingga dia terlentang sambil menutup mata, merasakan sisa-sisa kenikmatan yang sudah diraihnya. Tanpa memberi nafas sedikitpun, aku mulai membungkuk di atas dada gadis yang masih belia ini. Dengan sentuhan yang penuh perasaan, lidahku mulai memainkan puntingnya yang masih mengencang besar. Aku berusaha membangkitkan gairah Acha yang sudah mulai terkulai lemas.

“Mas.. Kamu hebat.. Ughh,” pujian Acha tidak sampai selesai karena gigiku yang nakal mulai menggigit punting Acha dengan mesra. Aku membiarkan kedua tangannya menggapai kepalaku yang sedang asyik menikmati puntingnya yang kencang. Maklum, Acha tergolong cewek yang tidak mempunyai payudara sehingga puntingnya lebih dominan.

Semakin lama, mulutku yang liar mulai membalas perlakukan Acha saat mencumbui aku sebelumnya. Sesekali tubuhnya yang kurus menggelinjang hebat saat aku mainkan pusar perutnya dengan lidahku, hal ini membuat kedua pahanya terbuka lebar.

Kesempatan itu tidak aku sia-siakan, wajahku langsung menangkap bongkahan daging dengan rambut yang begitu halus. Dengan satu kali gerakan, kedua tanganku sudah bisa mengunci kedua pahanya diatas pundakku.

“Mmas.. Gelii.. Ampun.. Ooohh,” Acha hanya bisa merintih saat klitorisnya aku mainkan dengan lidahku. Sesekali aku mencium bau wangi bekas cairan Acha yang sudah keluar saat permainan pertama.

Dan hal itu menambah birahiku untuk melumat habis seluruh cairan yang mulai meleleh kembali dari memekya. Sesekali pinggul Acha yang mungil ikut terangkat keatas, mengikuti hisapan mulutku di selangkangannya. Beberapa saat kemudian..

“Mas.. Ammpun.. Aku mau keluar laagi.. Mmass” kedua tangan Acha membenamkan wajahku dalam-dalam diantara kedua pahanya. Bersamaan dengan itu pula cairan putih meleleh dengan deras dari ujung memekya. Dengan sedikit liar, aku minum semua cairan yang keluar dan aku jilatin sampai bersih kembali tanpa ada cairan sedikitpun.

“Capek sayang.. ” tanyaku.

“Kamu benar-benar gila Mas.. Hebat banget kamu,” puji Acha.

Belum selesai dia memeujiku, aku langsung mengangkat tubuhnya yang langsing dan sedikit kurus. Sekali angkat tubuhnya langsung berhadapan dengan tubuhku, dengan cekatan kontolku aku tancapkan ke memek Acha,

“Mmas.. Aduh.. Kamuu benar-benar nakal..,” kata Acha manja.

Kedua tangan Acha menggelayut dileherku sedangkan kedua kakinya mengunci pinggulku, sehingga hal ini memudahkan kontolku menerobos masuk di memeknya.

“Slep.. Slep.. Slep.. ” terdengar kontolku bergerak keluar masuk lubang Acha. Kedua tanganku menahan bongkahan pantat Acha yang tidak begitu besar, untuk memudahkan pergerakan keluar masuk kontolku. Karena tubuh Acha yang ringan memudahkan aku untuk berhubungan sambil menggendong Acha.

Posisi ini aku pertahankan sampai, Acha orgasme yang ketiga kalinya.

“Mass.. Aku.. Keluar lagi.. ” sambil berkata demikian Acha berusaha mendekap tubuhku erat-erat sedangkan tubuhnya tidak bisa mendekat tubuhku karena memang terganjal kontolku yang panjang.

Disaat tubuh Acha turun dari gendonganku, aku sedikit mendorong tubuhnya untuk menghadap ke dinding. Sambil aku bisikan kata yang mesra di telinganya

“Akan kuberikan semua kenikmatan malam ini” rayuku.

“Mass..” desah Acha.

Kaki Acha aku buka lebar, sehingga memudahkan aku untuk penetrasi melalui belakang.

Bless.., kontolku kembali menghunjam lubang Acha yang masih terengah-engah. Kedua tanganku memegang pinggul Acha dari balakang, sehingga memudahkan aku untuk bergerak maju mundur. Kedua tangan Acha menahan tubuhnya di dinding kamar.

“Mas.. Eennakk sekali.. ” rintih Acha.

“Kamu memang.. Jagonya Mas.. Uuuhh,” berkali-kali Acha merintah tetapi hal itu tidak menghentikan permainan aku yang semakin gila saja. Setelah puas dengan posisi seperti itu, dengan memeringkan tubuh Acha yang masih berdiri, aku angkat kakinya satu sehingga aku bisa memasukkan kontolku dengan leluasa.

Crek.. Crek.. Crekk.., suara kontolku yang sudah mulai dibasahi oleh cairan Acha yang begitu banyak meleleh, sampai menetes di pahaku.

“Mas.. Kamu.. Pandai sekali membuatku melayang.. Aaahh.. Uuuhh”

“Sayaang.. Aku.. Nggaa.. Tahann..” untuk yang kesekian kalinya memek Acha mengucurkan cairan putih pekat dikontolku.

Setelah aku puas, akhirnya aku membopong tubuh Acha dan meletakkan di pinggir ranjang. Kali ini aku melakuakn doggie style, aku semakin bergairah untuk bermain dengan beberapa variasi dalam bersetubuh.

“Hekk..” muka Acha dimasukan dalam-dalam diatas bantal ketika kontolku menghujam kesekian kalinya.

“Oohh.. Acha.. Punya kamu asyik banget..” puji aku.

Sambil menggerakkan maju mundur tubuhku dibelakang tubuh Acha, aku melihat jelas kucuran keringat dari tubuh kami berdua. Sampai akhirnya Acha menjerit panjang dibarengi kedua tanganya meremas sprey hotel dengan kencang.

“Mass.. Aaammppunn..” gigi Acha menggigit bantal dengan kencang.

“Aku juga mau keluar sayang.. Acha..?” aku mendesah kenikmatan

“Ooo Acha.. Mau dikeluarin dimana.. aakhh,” aku bergerak semakin cepat memasukkan kontolku.

“Di dalam aja sayang.. ” pinta Acha.

“Jangan aku nggak mau.. Cepet sayang aku sudah mau keluar nih..” desahku.

“Achaa.. Aaakhh” aku segera melepas kontolku dari memek Acha dan dengan seketika membalikkan badannya hingga mulutnya pas didepan kontolku.

Bagaikan di film-film BF yang pernah aku lihat, Acha langssung melumat habis kontolku.

Crutt.. Crut.. Crut.., entah berapa kali semburan spermaku dalam mulut Acha, aku hanya merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Semburan demi semburan, Acha seperti tidak mempedulikan lagi. Gadis itu tetap mengocok, mengulum dan menghisap dalam-dalam kontolku. Terlihat jelas spermamu menetes kelaur dicelah bibirnya yang mungil dan belum sampai jatuh, lidahnya berusaha menjilat kembali.

“Mmm.. Aku suka sekali sperma kamu Mas..” kata Acha sambil menelan seluruh spermaku yang sudah keluar.

Sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih menempel di kontolku,

“Ma kasih Mas.. Kamu memberikan apa yang selama ini aku impikan” kata Acha.

“Selama ini pacarku tidak pernah memberikan ini semua, asal dia sudah keluar ya sudah tanpa harus mikirin aku” jelas Acha.

Malam itu kami tidur berpelukkan sampai pagi dengan keadaan telanjang bulat, aku sudah tidak ingat lagi berapa kali memberikan kepuasan terhadap Acha. Akan tetapi yang membuat diriku bangga adalah, aku bisa memberikan kepuasan kepada pasanganku. Karena buat aku sex bukan milik pria seorang tetapi milik kedua pasangan yang melakukkannya.

Paginya Acha membangunkan aku tepat pukul 06.00

“Mas.. anter aku ke terminal ya, aku harus balik nih,” pinta Acha.

“Oke, yuk kita segera bersiap-siap” ajakku.

“Mas, kamu janji ya berikan aku seperti ini setiap aku mau,” kata Acha.

“Iya sayang, selama kamu mau.. Aku akan berikan” jawabku penuh harap.

Sambil berkata demikian kita berdua menuju kamar mandi untuk mandi bersama. Dan di kamar mandi, untuk sekali lagi kita melakukan hubungan sex yang sangat fantastis di bawah guyuran shower. Dan entah berapa kali Acha mereguk kenikmatan saat itu. Yang pasti hari itu begitu hebat permainan yang aku lakukan denagn Acha.

Setelah siap, aku check out dan meluncur kearah terminal Bungurasih.

“Kamu hati-hati Acha” sambil aku kecup keningnya.

“Terima kasih Mas buat permainan semalam dan tadi pagi” kata Acha berterima kasih.

“Kamu memang luar biasa Mas” puji Acha.

Akhirnya tubuh Acha yang semampai bergegas meninggalkan mobilku untuk menuju ke antrean bus menuju kota K. Lambaian tangannya berkali-kjali melambai seiring dengan tubuhnya yang hilang ditelan keramaian terminal.

TAMAT

Get notifications from this blog